Jumat, 10 Maret 2017

24 Wajah BILLY

Bagian Pertama : Masa Galau
#
Pemerkosa Kampus


 Hari Sabtu, 22 Oktober 1997. Areal Fakultas Kedokteran Ohio State University (OSU), atas perintah Kepala Polisi Universitas, John Kleberg, dijaga ketat. Petugas bersenjata berpatroli si kampus, baik mengendarai mobil maupun berjalan kaki. Penjaga bersenjata mengawasi dari puncak-puncak atap. Kaum wanita diperingatkan agar tidak berjalan sendirian dan agar berhati-hati terhadap lelaki saat memasuki mobil.
 Dalam delapan hari, sudah dua kali terjadi penculikan wanita muda dari kampus, dibawah todongan senjata, antara pukul tujuh dan delapan pagi. Korban pertama adalah mahasiswi Optometri berusia 25 tahun. Keduanya dibawah kedaerah pedesaan, diperkosa, disuruh mencairkan cek, lalu dirampok.
 Di koran-koran terpampang sketsa foto dari polisi. Tanggapan masyarakat, berupa ratusan panggilan telepon, nama dan ciri-ciri~semua tidak berguna. Tidak diperoleh petunjuk berarti, dan tidak bisa ditentukan siapa yang patut dicurigai. Ketegangan memuncak dalam komunitas perguruan tinggi itu. Chief (sebutan untuk kepala polisi) Kleberg semakin terdesak oleh tekanan dari berbagai organisasi mahasiswa dan kelompok masyarakat, yang menuntut agar lelaki yang oleh koran-koran dan televisi di Ohio mulai dijuluki "Pemerkosa Kampus" segera dibekuk.
  Kleberg menugasi Eliot Boxerbaum, Kepala investigasi yang masih muda, sebagai penanggung jawab atas perburuan si pelaku. Boxerbaum, yang menyebut dirinya liberal (menyukai kemajuan dan reformasi), sudah mulai bekerja dengan kepolisisan sejak masih kuliah di OSU, menyusul kerusuhan yang mengakibatkan kampus ditutup pada 1970. Setelah lulus tahun itu, Boxerbaum ditawari bekerja di Departement Kepolisian Universitas, dengan syarat dia bersedia mencukur rambutnya yang panjang dan kumisnya. Walaupun begitu, mereka tetap menerima dia bekerja.
   Saat Boxerbaum dan Kleberg meneliti sketsa foto serta data yang diberikan para korban, semuanya mengarah kepada orang pelaku tunggal: lelaki Amerika berkulit putih, berusia 23-27 tahun, berbobot 80-85 kg, berambut cokelat atau cokelat kemerahan. Pada kedua tindak kriminal itu, si pelaku mengenakan atasan joging warna cokelat, celana jins, dan sepatu karet putih.
 Carrie Dryer, Korban pertama, ingat bahwa si pemerkosa bersarung tangan serta membawa sepucuk revolver kecil. Sesekali, matanya bergerak-gerak, ini gejala yang suatu kondisi mata yang dikenali carrie sebagai nystagmus. Laki-laki itu memborgol carrie kedalam bagian pintu mobil, lalu membawanya menuju daerah perdesaan yang terpencil. Disana, lelaki itu memerkosanya. Setelah pemerkosaan itu, pelaku berkata pada carrie, "kalau kamu pergi kepolisi, jangan beritahukan ciri-ciriku kepada mereka. kalau aku baca apa-apa dikoran, akan kusuruh orang mengejar kamu." seakana ingin membuktikan bahwa dia bersungguh-sungguh, sipelaku mengambil nama-nama dari buku alamat carrie.
 Donna West, seorang perawat bertubuh pendek agak gemuk, bilang bahwa si penyerang membawa sepucuk pistol otomatis. Pada kedua tangannya terdapat sesuatu-bukan kotoran atau lemak, melainkan sejenis noda berminyak. Pada suatu saat, lelaki itu berkata bahwa namaya Phill. Dia sering mencaci-maki. Dia memakai kacamata penahan sinar matahari, berwarna coklat. Donna tidak pernah melihat matanya. Si penyerang mengambil nama dan alamat sanak-saudara Donna dan memperingatkan Donna bahwa kalau gadis itu melaporkan dia, Donna dan keluarganya akan dicelakai oleh "Kelompok Persaudaraan" yang akan melaksanakan ancamannya. Donna dan pihak kepolisian beramsusi, sipelaku membual bahwa dirinya anggota sebuah organisasi Teroris dan Mafia.
 Cuma satu hal dalam kedua deskripsi itu yang membuat Kleberg dan Boxerbaum bingung. Lelaki yang pertama digambarkan berkumis lengkap dan rapi. Yang kedua digambarkan berjanggut seumur tiga hari, tapi tanpa kumis.
 Boxerbaum tersenyum. "Mungkin dia bercukur kumis dulu di antara kedua tindakan itu."

BERSAMBUNG...



Selasa, 15 November 2016

Jendral Soedirman Wafat

Jendral Soedirman Wafat

Pada tanggal 29 Januari 1950 Jendral Soedirman, Kepala Staff Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat, Panglima Besar TNI, meninggal dunia di Magelang dalam usia 34 tahun. Jenazah beliau kemudian dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Semaki, Yogyakarta, pada tanggal 30 Januari 1950.

Selama hidupnya pengabdian Pak Dirman kepada bangsa dan negara tiada terbilang nilainya. Amat besar jasa dan peranannya di dalam perjuangan kemerdekaan, perjuangan membela, mempertahankan, dan menegakkan kemerdekaan. Pengabdian dan pengorbanan total yang telah diberikan Pak Dirman kepada rakyat, bangsa, dan negara menjadi suri teladan bagi bangsa Indonesia dari generasi ke generasi.

Kesetiaan beliau terhadap bangsa dan negara tercermin pada kata-kata mutiara yang beliau ucapkan, yaitu :
"TNI lahir karena Proklamasi 17 Agustus 1945, hidup dengan proklamasi itu dan bersumpah mati-matian hendak mempertahankan kesuciannya Proklamasi tersebut."

Ribuan rakyat menyambut iringan pembawa jenazah Pak Dirman di sepanjang jalan yang dilalui pada tanggal 30 Januari 1950.